Minggu, 25 September 2011

Let's Talk About Soulmate

Bismillahirrohmaanirrohiim

-catatan redaksi
Habis lebaran ini banyak ya temen2 yang nikah, subhanallah....keren deh mereka...berani mengambil keputusan buat nikah muda...kamu mupeng ya Am??? dikit sih, tapi aku realistis aja, aku masih belum dewasa untuk berganti status dari anak mama jadi istri orang...tapi nggak ada salahnya kan kalau aku mulai belajar...nyicil-nyicil baca-baca buku begituan (tentang nikah)...Nah, aku pengen re-post tulisanku di blogku yang lama..tentang masalah jodoh..hehe..jadi malu ni nulis ginian, tapi nggak papa deh ya, itung2 belajar...halaaah...yuk simak tulisan di bawah ini...Let's talk about soulmate ^__^)


Jujur saja, bicara masalah seperti ini selalu saja membuat rasa penasaran saya muncul. Memang, jodoh itu adalah rahasia Alloh. Kita tidak tahu siapa yang bakal menjadi jodoh kita. Tapi sewaktu kita masih dalam kandungan ibu, Alloh sebetulnya sudah memberitahukan masalah umur kita, rezeki kita, dan jodoh kita nanti siapa.
Ketika SMA dulu saya pernah ikut kajian yang kebetulan temanya masalah “cinta” begitu. Saat itu pertanyaan yang diajukan teman-teman kepada ustadz masih sebatas dalam urusan cinta anak remaja, seperti:
“Ustadz, pacaran itu boleh gak?”
“Ustadz, boncengan sama temen cewek yang bukan mahram itu boleh gak?
“Lha terus gimana dong kalo kita suka sama seseorang?”
Dan banyak pertanyaan cinta ala abege sejenis itu. Namun, entah mengapa saya memberanikan diri untuk bertanya masalah yang lebih dari sekedar urusan romansa cinta anak SMA. Saya ingat betul, waktu itu saya bertanya lewat secarik kertas dan tanpa identitas. Pertanyaan saya,
“Ustadz, bagaimana kita bisa tahu bahwa seseorang itu adalah jodoh kita?”
Agak lama ustadz diam. Mungkin kaget kali ya, anak SMA kok udah nanya urusan begituan, hehe. Tapi tak lama kemudian, ustadz menjawab.
“Ketika kita sudah melakukan ijab qobul dengan seseorang, maka pada saat itulah kita tahu bahwa orang tersebut adalah jodoh kita”, begitulah ustadz menjawab.
Jeng..Jeng..jawaban yang bagus. Tapi, waktu itu cuma saya telan mentah-mentah saja. Maklum, masih SMA. Belum berpikir terlalu jauh sampai ke situ. Istilahnya, mikir pelajaran aja udah puyeng apalagi mau mikir sampai pernikahan.
Tetapi…
Kasusnya beda kalau sekarang. Sekarang saya bukan lagi anak SMA, saya sudah jadi mahasiswa gitu lho. Mau tidak mau, suka tidak suka, nyampe gak nyampe, emang udah harus mikir masalah begituan (baca: pernikahan).
Kembali ke masalah jodoh. Tak bisa dipungkiri bahwa jodoh itu adalah hak prerogatif Alloh. Saya sangat suka kalau ada pasangan suami-istri yang bercerita tentang kisah bagaimana mereka bisa bertemu dengan pasangannya. Mungkin anda perlu coba. Awalnya memang aneh, secara, hal itu adalah urusan pribadi masing-masing pasangan. Tapi kemudian, anda akan menemukan banyak sekali pelajaran, kisah, romantisme, dan keunikan dari cerita-cerita mereka. Apalagi, kadang mereka bercerita sambil malu-malu, senyum-senyum, dan jujur saja itu bisa membantu mencairkan suasana antara suami isteri tersebut. Selain itu, acara wawancara ini juga bisa merekatkan silaturrahim antara kita sebagai reporter dan mereka sebagai narasumber. Dan inilah beberapa kisah yang saya temui.

Cinta Pada Pandangan Pertama
            Urusan cinta yang bermula dari sini banyak sekali kasusnya. Gak usah jauh-jauh, contoh realnya sih orang tua saya sendiri. Kata almarhum ayah saya sih, dulu bisa suka sama mama saya gara-gara pernah ketemu di masjid agung Solo. Eh ternyata setelah ditelusuri, rumah kontrakan mama saya waktu SMA sebelahan sama kost-kostan ayah saya waktu kuliah.
            Pernah suatu saat, saya tanya ke ayah saya almarhum. “Bapak, apa sih yang membuat bapak begitu mantap untuk mempersunting mama sebagai istri?
            Ayah saya bilang, “Waktu bapak lihat mama pertama kali, feeling bapak berkata, Inilah dia, wanita yang nantinya pantas menjadi ibu dari anak-anakku”….Huaa, so sweet deh. Saya jadi pingin. Hehe. Dan akhirnya…lahirlah seseorang yang menulis artikel ini, hehe.

Kesan Pertama Begitu Menggoda
            Kayak slogan iklan aja yaa, hehe. Cinta yang bermula dari sini juga cukup banyak. Ada sebuah kisah tentang seorang ikhwan yang menikah dengan seorang akhwat. Waktu ditanya kok bisa ketemu, si ikhwan menjawab. “Istri saya itu dulu adik kelas saya saat SMA. Dulu waktu kami SMA, istri saya itu pernah ada pelajaran olahraga basket. Saya amati, tiap dia dapat giliran masukin bola ke ring, selalu saja gagal. Lucu sekali wakti itu. Karena dia gak bisa-bisa masukin bola, saya jadi penasaran sekaligus terkesan. Akhirnya muncul keingintahuan saya pada gadis itu. Dan, akhirnya setelah perjuangan untuk mengenalnya lebih jauh, kami pun bisa menikah, dan itu tanpa pacaran. Alhamdulillah.  
            Ehm..ehm..ini juga so sweet. Kesan Pertama Begitu Menggoda, Selanjutnya Terserah Anda. Eittss…tapi terserah di sini harus ditindak lanjuti dengan cara yang benar dan sesuai syar’i, bukan terserah yang bebas dan seenak perut sendiri. Contoh tindak lanjut yang syar’i misalnya, datangi rumah si akhwat, temui orang tuanya, utarakan maksud untuk melamar, terus nikah, terus habis itu ya terserah, orang udah nikah, hehe.

Witing Tresno Jalaran Soko Kulino
            Aduh ini juga banyak kisahnya. Banyak pasangan yang akhirnya menikah dan setelah ditelusuri lebih jauh, mereka dulunya adalah sahabat. Ya mungkin karena sudah berteman lama dan bersahabat begitu akrab, jadi tidak ada kecanggungan lagi. Kedua belak pihak sudah saling mengenal karakter dan pribadi masing-masing. Hehe, saya jadi ingat guyonan-guyonan di kampus saya tercinta. Kebetulan saya kuliah di fakultas kedokteran, dan tahu sendirilah yang namanya kedokteran itu jadwalnya sibuk bukan main. Sampai-sampai untuk kenal dengan mahasiswa yang di luar fakultas amat jarang bisa dilakukan. Tiap hari orang-orang yang ditemui ya itu-itu saja. Makanya, banyak yang akhirnya menikah dengan teman-teman sesama fakultas. Akhirnya slogan “witing tresno jalaran soko kulino” sering diplesetkan menjadi “witing tresno jalaran ora ono sing liyo”, hehe. Ada-ada saja ni..

Lewat Seorang Teman
            Sebetulnya tidak hanya teman, bisa lewat orang tua, bisa lewat ustadz, dan wasilah-wasilah lain. Istilahnya kayak lewat mak comblang begitu. Bisa jadi nikah yang dijodohkan begini, awalnya si suami tak kenal dengan si istri dan si istri pun tak pernah tahu wajah si suami. Memang, cinta adalah perekat hubungan dan penting dalam sebuah pernikahan. Namun, pernikahan yang awalnya tiada saling kenal dan belum tumbuh benih-benih cinta di dalamnya, bisa saja bertahan dan tetap langgeng. Karena rasa cinta itu tumbuh setelah pernikahan. Ah, jadi ingat buku favorit saya, karyanya Salim A. Fillah yang judulnya Indahnya Pacaran Setelah Pernikahan. So, sweet. Hehe. Mungkin anda perlu baca juga..

            Kisah yang saya hadirkan ini memang baru beberapa dan belum mampu menjabarkan semua. Tapi ada satu hikmah yang bisa dipetik darinya. Bahwa jodoh itu rahasia Alloh. Bisa jadi jodoh kita adalah orang yang baru saja kita kenal, atau bisa jadi orang yang sudah lama kita kenal, bisa jadi jodoh kita rupanya teman sekelas kita, atau malah bisa jadi jodoh kita orang yang tinggal di belahan dunia lainnya, bisa jadi jodoh kita adalah orang yang kita jumpai di dunia maya, bisa jadi pula jodoh kita ternyata tetangga kita sendiri. Memang ya, urusan jodoh sangat misterius. Tapi satu hal yang pasti, setiap orang sudah Alloh tuliskan jodohnya masing-masing. Jodoh kita sudah ada, entah siapa dia dan dimana dia, itu yang sekarang masih samar.
            Saya selalu punya imajinasi sendiri tentang masalah jodoh ini, saya selalu membayangkan bahwa jodoh saya itu tersembunyi dalam sebuah kotak atau bersembunyi di balik tabir. Kotak itu sudah saya bawa dan tabir itu sudah berdiri di depan saya. Tapi, kotak itu saat ini belum bisa saya buka dan tabir itu belum bisa saya sibak. Karena memang belum waktunya. Namun, jika Alloh menghendaki saya untuk membuka kotak dan menyibak tirai tabir tersebut, saya akan melihat sebuah nama tertulis dalam kotak itu dan sesosok ikhwan berdiri di balik tabir itu. Ikhwan itu tersenyum seolah berkata ayo kita raih cinta Alloh lewat menikah. InsyaAlloh aku adalah jodohmu. Huaaaaaa, imajinasi yang aneh dan sedikit nyeleneh, hehe. -____-", cape deh...


            Permasalahannya, kalau kita bertemu jodoh kita nanti, sudah siapkah kita??? Karena dalam surat An-Nuur ayat 26 Alloh berfirman bahwa wanita yang keji untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji untuk wanita yang keji. wanita yang baik untuk laki-laki yang baik, dan Laki-laki yang baik untuk wanita yang baik”. Ya itu benar sekali, saya setuju akan hal itu. Jodoh kita adalah seseorang yang di mata Alloh pastinya kufu dengan kita. Sekali lagi, di mata Alloh lho. Kalau di mata manusia sih bisa menipu. Jadi, ingatlah selalu bahwa jodoh kita adalah cerminan diri kita. Istilahnya kalau kamu mau memimpikan Ali, ya kamu harus jadi Fathimah dulu, betul begitu?? 

Senantiasa berdo'a.  
"Ya Allah, jika memang saat yang tepat telah tiba, suatu hari nanti. Pertemukanlah kami dengan baik-baik. Karuniakanlah kepada hamba seorang suami yang bisa menjadi imam untuk hamba. Yang bisa membimbing hamba untuk meraih cinta-Mu. Yang bisa menjadi sarana hamba untuk beramal kepada-Mu. Yang bisa menjadi tempat hamba bertanya ketika hamba ingin tahu masalah agama. Yang bisa menjadi ayah yang baik untuk anak-anak hamba nantinya. Yang bisa menjadi tempat bersadandar kala lelah mendera. Yang bisa jadi tempat berbagi cerita, tak hanya suka dan tapi juga duka. Yang mau menerima kekurangan dan kelemahan hamba dan bisa menutupinya dengan kelebihan yang ia punya. Yang tepat dan terbaik, menurut Allah Azza wa Jalla. Dan semoga, begitupula hamba untuk dirinya. Saling melengkapi satu sama lain. Ketika tidak ada lagi kata aku dan kamu, yang ada hanya kita. Ketika tidak ada lagi ini egoku atau egomu, melainkan demi kebaikan bersama."

Ditulis setelah melihat fenomena di sekelilingku
Sindrom 20 tahunan bertebaran di mana-mana
Semoga saya tidak ketularan, hehe
Tapi insyaAllah saya akan mencoba belajar
Eaaaaa.....>.<"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar