Rabu, 14 September 2011

the Hectic Surgery



Bismillahirrohmaanirrohiim

Assalamu’alaikum  ketemu lagi di tulisanku yang baru. Kali ini demi memenuhi janji, aku akan menulis tentang pengalamanku selama menjalani dunia coass di sebuah RS negeri di Solo. Nah, seperti yang udah aku tulis sekilas di postinganku sebelumnya, stase pertama yang aku lewati di dunia per-coass-anku adalah termasuk dalam stase besar, yaitu SURGERY alias BEDAH.
Sebelumnya nih, apa sih image yang terbayang di benak kamu ketika mendengar kata bedah? Pasti di benak kamu ngebayangin ada beberapa dokter berseragam warna hijau plus masker dan sarung tangan (handscoen), masing-masing bawa pisau bedah, iris sana, jahit situ, penuh tetesan darah di mana-mana, bau alkohol menyeruak di seluruh ruang operasi, khas banget sama yang namanya kata bedah. Iya nggak? Well, image itu emang nggak jauh beda sama yang aku lihat selama stase bedah di RS kemarin.
Selama 8 minggu itu, aku dibagi dalam beberapa sub-sub bagian bedah. Ada bedah orthopedi, bedah plastic, bedah digestif, bedah urologi, bedah thorax-kardiovaskuler, bedah anak, bedah onkologi, dan bedah saraf. Itu semua adalah stase yang aku lalui selama menjalani stase bedah. Yuk, simak satu-persatu ceritanya masing-masing ^__^
  1. Bedah orthopedi. Nah, ini adalah substase bedah yang paling pertama aku pelajari. Aktivitasnya cukup santai sih, nggak banyak tugas, dan yang jelas ilmunya lumayan menarik (buat aku ^^), apalagi kalau pas di OK IBS lihat para staff dan residen lagi operasi kasus bedah ortho, wuihh…keren bo’! Bedah orthopedi ini adalah bagian dari ilmu bedah yang mempelajari sistem musculoskeletal, jadi urusannya nggak jauh-jauh sama yang namanya otot dan tulang. Aku masih inget banget, kasus pertama yang aku saksikan di OK ortho waktu itu adalah rupture tendon otot jempol tangan. Wah, baru pertama kali masuk ruang OK langsung liat kasus yang jarang dan kesulitan operasinya cukup tinggi, apalagi ini yang ruptur adalah otot jari tangan yang pastinya vital buat kerja. Alhamdulillahnya, di ortho ini aku dapat kakak senior yang baik hati dan mereka lumayan banyak membantu, jadi nggak terlalu kagok sebagai coass anyaran, he..he..
  2. RSOP. Aku bersyukur banget substase keduaku di bedah adalah stase RSOP alias stase luar di RS Orthopedi Dr. Soeharso. Kenapa bersyukur? Ada dua alasan, satu, jarak RSOP sama rumahku cuma lima menitan kalau naik motor. Dua, ilmu yang aku pelajari di sana nggak jauh-jauh sama yang aku pelajari di stase orthopedi, tetap masalah otot dan tulang. Aku cukup banyak belajar di sini, terutama belajar memasang gips untuk berbagai macam fraktur dan kelainan kongenital seperti talipes equinovarus yang banyak jumlahnya pada bayi baru lahir, belajar memasang traksi pada fraktur sendi panggul, bantu aff jahitan untuk open fractur, baca rontgen kasus-kasus bedah ortho, dll. RSOP, asyik laaah…hehe 
  3. Bedah Plastik. Nah, ini stase yang katanya tergolong paling berat dibanding substase bedah lainnya. Kenapa? Soalnya dosennya sangat disiplin dan nggak pelit buat ngomong “crash” ke koassnya. Jadi, para coass bener-bener harus jaga sikap dan attitude di substase plastik ini. Selain itu, tugas preskas dan refrat yang diberikan di stase bedah plastic ini juga seabrek banyaknya. Kalau banyak jumlah dan halamannya sih nggak masalah ya, dikerjakan seminggu juga selesai. Nah, masalahnya semua preskas dan refrat yang tebelnya segambreng itu harus selesai dalam waktu semalam! Bisa dibayangin kan, malam-malamku di plastik dihiasi dengan begadang. Aku inget banget, pas lagi nyelesaiin tugas refrat di plastik, aku cuma tidur setengah jam semalam, itupun dari jam setengah 4 pagi sampei jam 4 doang. Tempor banget deh. Pokoknya. Tapi, di plastik ini aku juga banyak belajar tentang kasus-kasus bedah plastik, seperti luka bakar, bibir sumbing, dan trauma maksilofasial.
  4. Bedah digestif. Nah, ini adalah substase yang datangnya paling pagi. Bedah digestif adalah bagian dari ilmu bedah yang mempelajari sistem digestif dan organ-organ gastrointestinal. Hari pertama aku datang ke RS sebelum shubuh dan sempet sholat shubuh di RS, soalnya aku takut telat visit dokternya. Tapi Alhamdulillah visit digest berjalan lancar dan aku nggak telat (ya iyalah, datangnya aja gasik banget -___-“). Di stase ini hampir tiap hari berangkat pagi untuk maju preskas dan diskusi dengan dokter bedah digest yang jadi pembimbing kami. Emang berat sih harus dating pagi-pagi, tapi justru dari diskusi pagi-pagi buta itulah sang dosen banyak mentransfer ilmunya padaku dan teman-teman. Waktu itu aku dapat kasus pasien dengan kanker caput pancreas yang gejalanya ada ikterik. So interesting knowledge…
  5.  Bedah Urologi. Ini termasuk stase yang ilmunya aku suka juga. Belajar soal sistem perkencingan mulai dari ginjal sampai ke uretra. Ilmunya simpel, organ yang dipelajari dikit, tapi pasiennya banyak. Kalau mau bicara untung-rugi, ambil subspesialis bedah urologi ini cukup prospektif lho di masa depan nanti. Jangan salah, jumlah pasien yang kena batu saluran kencing, kanker prostat, hyperplasia prostat jinak, dan kanker buli-buli, jumlahnya banyak banget di poli bedah uro ini. Dan hampir semuanya pasiennya adalah laki-laki. Itu sih yang kadang bikin aku (sebagai cewek) agak nggak nyaman memeriksanya. Nah, di OK uro aku sempet melihat operasi BPH dengan cara TURP (Trans Urethral Resection Prostat), cara operasinya pake semacam kawat yang dialiri arus listrik, dimasukin ke uretra dan prostat yang membesar itu dikerok lapis demi lapis. Untuk membantu jalannya operasi, tentu nggak bisa pakai mata telanjang, butuh bantuan sistoskopi yang gambarnya ditampilin di monitor. It’s awesome ^__^ 
  6. Bedah Thorax-Kardiovaskuler. Ini stase yang banyak banget ilmunya dan hampir semuanya banyak manfaatnya buat dokter umum, terutama ilmu tentang Basic Life support ala ATLSnya. Yang bikin aku suka sama stase ini adalah ada salah satu dosenku yang masih muda tapi nggak pelit ilmu dan selalu ngajarin kita. Dokternya baik banget deh pokoknya! Kasus paling berkesan yang aku jumpai di stase ini adalah kasus tumor mediastinum yang dugaan kuatnya berasal dari tymoma. Kenapa kasus ini berkesan? Soalnya pasien sempat henti jantung pas mau dipasang ET, jadilah setengah proses operasi di IBS waktu itu diganti dengan tindakan RJPO. Semua residen, dokter anestesi, dan dokter bedahnya sendiri semua turun tangan. Tapi, sayang Allah berkehendak lain, pasiennya akhirnya “plus” alias meninggal dunia. Innalillahi wa inna ilaihi rooji’un.
  7. Bedah Anak. Seperti bedah thorax, bedah anak ini juga stase pendek. Cuma tiga hari dengan kasus-kasus bedah anak yang banyak dan nice to know untuk kompetensi dokter umum. Yang paling berkesan di sini adalah pas aku main ke KBRT untuk melihat pasien bedah anak yang rencana mau dioperasi. Seorang bayi dengan omphalocele sebesar 7 cm. Hiks! Rasanya pengen nangis lihat bayi mungil gitu harus dioperasi.  
  8. Bedah Onkologi. Di antara substase bedah lainnya, mungkin sub onkolah sang juara dalam hal jumlah pasien. Ironis ya! Dilihat dari jumlah pasien poli, pasien bangsal, pasien di OK, dan pasien yang antri kemo, bisa diamati bahwa dari hari ke hari kasus kanker, neoplasma, dan degenerasi makan bejibun aja jumlahnya. Sekarang kanker udah nggak pandang bulu, pasiennya bukan hanya orang tua aja, banyak lho kasus-kasus kanker yang menyerang pasien dengan usia kurang dari 40 tahun.
  9. Bedah saraf. Nah, akhirnya tiba juga di stase terakhirku di bedah. Di sub ini aku banyak kebagian di IGD dan di poli. Kasusknya lumayan banyak juga, terutama kasus-kasus KLL dengan trauma kepala yang perlu dicraniotomi segera buat evakulasi perdarahannya. Salut buat dosen-dosenku di bedah saraf yang keren dan mumpuni ilmunya.
 Nah, itulah cerita singkat pengalamanku di stase bedah. Yang jelas di stase ini aku belajar banyak. Terutama belajar kasus-kasus baru yang aku temui (yang sebelumnya cuma bisa aku baca di textbook) yang tentunya bisa menambah pengalaman buat aku. Semoga bermanfaat suatu saat nanti. Bedah, memang hectic dan melelahkan, tapi terlalu manis untuk dikenang :).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar