Jumat, 18 November 2011

The Power of " B "


Bismillaahirrohmaanirrohiim

            Apa yang terbayang di benak kamu jika kamu habis ujian, dan ternyata pas diumumkan kamu mendapatkan nilai B? Mungkin di benak kamu ada yang seneng dan bersyukur, Alhamdulillah dapet nilai B, yang penting lulus dan nggak remidi, iya nggak? Atau ada juga yang sedikit kecewa dan nggak puas, merasa bisa mendapat lebih, merasa bisa meraih nilai A, tapi nyatanya di atas kertas namamu tertulis mendapat nilai B, pernah nggak ngerasain kaya gitu?

            Hmmm….sebenernya ada apa sih dengan nilai B?
            Kenapa ia begitu istimewa ??? (menurut aku lhooo, hehe)

            Buat aku ya, nilai B itu bisa berarti banyak hal. Yang jelas, nilai B itu nilai yang tanggung. Dalam arti gini, kamu bisa mendapat nilai yang jauh lebih bagus daripada sekedar B, yaitu A. Dan kalo kamu pas mengalami kondisi seperti itu kamu bakal merasa nggak puas dan ada yang kurang. Beda rasanya kalau kamu sama-sama lulus tapi dengan nilai A. Ada kepuasan batin yang sangat besar, membuncah bak gelombang tsunami. Seolah luapan rasa bahagia itu ingin kamu muntahin sebanyak-banyaknya. Rasanya kaya pengen berteriak “Horeee….!!!!” pada seluruh dunia. Tapi coba kalau dapet B. Itu nilai yang nanggung. Mau teriak-teriak happy juga nggak cocok karena kamu belumlah mencapai nilai tertinggi yaitu A. Mau nangis-nangis bombai juga rasanya nggak etis karena toh kamu lulus dan nggak perlu remidi. Itu baru satu sisi dari sebuah nilai B. Sisi lainnya ada lagi.

            Kalau misalnya kamu berada dalam sebuah kondisi di mana kamu merasa nggak maksimal saat ujian, atau nggak optimal saat belajar, dan kamu ngerasa kayaknya bakal di ujung tanduk, udah pesimis deh bakal lulus, dan kamu udah siap-siap mental buat remidi, eh..ternyata hasil ujianmu nunjukin kalo kamu lulus, dan nilaimu B. Apa yang kamu lakukan? Sujud syukur langsung? Joget-joget happy? Atau apa? Nah, yang pasti kamu bakal bersyukuuurrr banget kan sama Allah, karena ternyata Allah memberikan hasil yang begitu manis, yakni lulus! Kalau saat itu kamu dalam kondisi demikian, kamu pasti bakal merasa bahwa nilai B adalah hadiah terindah yang pernah kamu punya. Iya nggak??? 

Itu dia uniknya nilai B. Dia bisa menjadi sesuatu hal yang membuatmu benci dan merasa rendah diri. Tapi kadang ia bisa menjadi sesuatu hal yang sangat manis, indah, dan kehadirannya amat kamu nanti-nanti. Buat aku, itulah uniknya sebuah nilai yang diambil dari huruf abjad kedua dari alphabet ini.

Karena buat aku nilai B = baik, bagus, benar, bersyukur, berlapang dada, bersabar, berharap, berdoa, berendah hati, dan ber…ber…lainnya…

Karena nilai B mengajariku untuk bersyukur…..bersyukur dalam setiap kondisi….bersyukur atas takdir-Nya yang begitu indah untukku….

Karena nilai B mengajariku untuk memaniskan apa yang aku rasa pahit…mengindahkan apa yang aku rasa buruk….membenarkan apa yang aku rasa salah….

Karena nilai B mengajariku untuk bersabar…bersabar ketika aku menghadapi sebuah kenyataan yang ternyata tak sesuai dengan apa yang aku harapkan…

Karena nilai B mengajariku untuk menjadi orang yang pemaaf….meski hati telah tersakiti sedemikian rupa…meski bekas luka itu masih saja ada…tapi nilai B mengajariku untuk tetap tersenyum dan bertahan di atas luka….

Karena nilai B mengajariku untuk menjadi manusia yang bermanfaat….sekecil apapun itu. Sebab, sebaik-baik orang adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. B = bermanfaat. :D

Karena nilai B mengajariku untuk jadi orang yang tidak sombong, tidak mudah berpuas diri dengan segala pengetahuan dan kemampuan yang aku miliki. Sebab, sepintar-pintar manusia ia tetaplah seorang hamba, yang akalnya terbatas, yang logikanya terbatas, yang pengetahuannya hanyalah secuil bahkan seujung upil dari pengetahuan Allah. Lantas, apa yang mau disombongkan, Ama???

Karena nilai B mengajariku untuk menjadi manusia yang penuh persiapan. Ada sebuah pepatah bagus yang mengatakan bahwa : GAGAL MEMPERSIAPKAN ADALAH MEMPERSIAPKAN GAGAL.

Artinya dalam menyongsong aktivitas apapun, persiapan adalah hal yang utama. Ibarat masuk ke sebuah daerah baru, kita perlu bertanya-tanya dulu pada orang yang telah merasakan, bagaimana kondisi daerah itu, persiapan dan bekal apa yang perlu di bawa, bagaimana kehidupan di sana, dan sebagainya. Kita perlu tanya bagaimana IR (Indonesia Raya) nya. Begitu pula dalam kehidupan. Bahkan hidup di dunia inipun sejatinya adalah sebuah bentuk persiapan demi menyambut kampung halaman, abadi, yaitu akhirat. 


Lantas, coba kamu lihat dalam dirimu Ama, persiapan apa yang telah kamu lakukan? Dengan persiapan yang seperti itu, pantaskah nilai A bersemat di dadamu? Dengan persiapan yang seperti itu, bukankah nilai B adalah nilai terbaik yang Allah kasih untukmu? Kalaupun hatimu tetap bersikeras bahwa kamu telah mempersiapkan sebaik mungkin, telah berusaha semaksimal mungkin, dan sebegitu optimis mendapat titik kepuasan tertinggi bernama A itu, apakah kamu telah lupa sebuah pepatah lain yang berkata : Just do your best, and let ALLAH do the rest ???

Ya, coba renungkan! Meskipun semua kata terungkapkan untuk menceritakan seperti apa kamu, meskipun semua kalimat terdeskrisikan untuk menggambarkan bagaimana usahamu, ketahuilah Ama, ketahuilah! Bahwa kamu hanyalah seorang hamba. Ya, manusia biasa! Yang diminta Allah untuk berusaha, adapun hasil biarlah Dia yang memutuskannya. Lupakah kamu siapa kamu? Hingga kamu merasa pantas mengatur hasil akhir. Sungguh, Allah lebih tahu dan kamu tidak tahu. Dan nilai B, mengajariku tentang itu. Alhamdulillah…

Tak bisa kuceritakan banyak di sini. Yang dapat kubilang hanyalah, bahwa nilai B bagiku amat spesial. Karena ia mengajariku banyak hal. Yang jelas B = belajar. ^___^. Hehe. Dan aku tak pernah mengeluh kenapa B harus berarti belajar, sebab memang satu aktivitas itulah yang harus terus aku lakukan. Selama Allah masih memberiku mata untuk melihat ilmu, telinga untuk mendengar ilmu, kaki untuk berjalan untuk melangkah ke tempat ilmu, tangan untuk mencatat ilmu, mulut untuk menyampaikan ilmu, dan hati untuk mengambil I’tibar, ibrah, dan hikmah dari semua ilmu, juga nikmat Allah lain yang membantuku menuntut ilmu, yang tentu saja tak pernah bisa aku sebutkan satu-persatu. So, hanya ingin berujar satu hal, dengan setangkup penuh rasa syukur dan senyum cantik, hehe


“Alhamdulillah Allah, atas nilai B ini,
rasanya pahit tapi manis…
I Love “B” so much”
^___^




Kamis, 17 November 2011

Doa dan Usia


Bismillaahirrohmaanirrohiim

                Lama nian aku nggak nulis di sini. Sebenernya aku masih sering nulis kok. Cuma nulisnya di buku diary, nggak di blog kaya ini, hehe. Well, aku lagi pingin sedikit berkontemplasi dan merenung nih. Ceritanya hari ini (Kamis, 17 November 2011) adalah hari lahirku. Tepat di hari ini usiaku genap 23 tahun. Ya Allah, aku udah tua banget ya. Sedih deh, soalnya umurku makin berkurang, yang itu artinya jatah hidupku di dunia ini cuma tinggal sebentar. Aku nggak pernah tahu kapan aku akan mati, bisa jadi setahun lagi, bisa jadi besok pagi, bisa jadi juga Allah memberiku umur yang panjang sampai aku punya cucu nanti. Apapun itu, aku hanya berharap semoga usiaku barokah dan diridhoi Allah.

                Di setiap pertambahan usia, di tiap tahunnya, aku selalu mendapat ucapan dan doa dari keluarga dan teman-temanku tersayang. Ya Allah, aku bersyukur memiliki mereka semua. Aku bersyukur Allah melahirkanku menjadi seorang Ama yang seperti ini. Aku bersyukur masih ada keluarga dan teman-teman yang sayang sama aku sampai detik ini. Meski sebenarnya aku bukan termasuk orang yang merayakan ulang tahun dan melakukan ritual mengucapkan “Selamat Ulang Tahun”, aku tetap bersyukur pada Allah atas usia yang Allah berikan sampai detik ini. Permasalahannya adalah, apa yang akan dan sudah aku lakukan dengan usiaku sekarang??? Itulah bahan renunganku malam ini. 


                Setiap tahun selalu sama. Setiap kali usia bertambah, maka setiap kali itu pula sebuah resolusi, harapan, dan doa dipanjatkan. Harapan untuk menjadi manusia yang makin dewasa dan matang. Jika dewasa dan matang itu identik dengan pribadi yang kalem dan keibuan, maka itu jauh banget sama sosokku sekarang. Aku, seorang gadis muda dengan sifatnya yang masih saja kekanak-kanankan, kolokan, anak mami, manja (sama keluarga), mungkin masih sangat jauh dari sosok dewasa yang selama ini aku bayangkan.

Jika dewasa identik dengan sosok yang selalu stabil dan tenang di setiap kondisi, maka sungguh aku juga belum bisa seperti itu. Aku, masih saja menjadi pribadi yang moody-an, susah ditebak, susah dimengerti, kadang bisa jadi orang yang dingin kaya es, kadang bisa jadi orang hangat dan suka senyum. Bahkan sampai detik ini aja, aku masih saja bingung dengan pribadiku yang sangat moody-an ini. Ya Allah, jadikanlah hamba seorang yang dewasa dan matang dalam setiap tindak-tanduk, ucapan, dan pola pikir hamba ya Allah…

                Selain menjadi dewasa, harapan lain juga adalah bagaimana aku bisa menjadi hamba Allah yang baik. Ayo Ama, ditingkatin ibadahnya, dirajinin kajiannya, dikuatin hafalannya, disucikan hatinya, dibersihkan ruhaninya. Ayo, jadilah hamba Allah yang baik. Ingat, bahwa usiamu yang bertambah itu hakikatnya jatah hidupmu berkurang. Jika umurmu adalah lilin, maka mungkin saja lilin itu tinggal separuh atau malah sudah nyaris meleleh sampai di pangkal. Ayo Ama, isi hidupmu dengan penuh kemanfaatan. Sekecil apapun, bermanfaatlah! Meskipun itu hanya memberikan seutas senyum termanismu untuk keluarga dan teman-teman, di manapun kamu berada kamu harus membawa kebahagiaan buat orang lain dan bukan kesengsaraan (Na’udzubillahi min dzalik). Karena kamu sungguh tak pernah tahu kapan kamu akan mati…

                Ya Allah, sungguh harapan untuk menjadi insan yang lebih baik, hamba yang lebih baik, manusia yang lebih baik, adalah harapan tertinggi yang hamba panjatkan malam ini. Semoga hamba bisa senantiasa istiqomah membawa prinsip-prinsip yang sudah hamba pegang teguh selama ini dan semoga keistiqomahan itu semakin baik dan baik lagi. Semoga akhir hidup hamba khusnul khotimah. Akhir yang baik..

                Ya Allah, semoga hamba bisa menggapai cita-cita hamba, menjadi seorang dokter yang rendah hati, baik hati, dan berguna ilmunya buat orang lain…
                Ya Allah, semoga hamba selalu bisa menjadi anak yang baik buat mama, bisa membanggakan mama dan membahagiakan mama…
                Ya Allah, semoga hamba bisa menjadi sosok kakak yang lebih baik untuk adik-adik hamba, sosok kakak yang sabar dan peyayang sama adek-adeknya…
                Ya Allah, semoga hamba bisa menjadi teman yang baik untuk kawan-kawan hamba. Seorang teman yang selalu ingin temannya menjadi baik. Seorang teman yang penyayang dan murah senyum juga bermanfaat…
                Ya Allah…semoga…semoga..semoga…
                Ada banyak harapan dan doa, yang bahkan tak pernah cukup lembar ini menuliskannya…
               
17-11-2011
Hamba-Mu yang ingin menjadi baik

Kamis, 20 Oktober 2011

Semeleh....

 Bismillaahirrohmaanirrohiim

Semeleh….

Orang jawa bilang namanya Semeleh. Kalau dalam bahasa arab sih bisa diartikan tawakkal, begitu. 

Lantas apa hubungannya?

Jelas ada. Karena kata satu itu adalah suatu hal yang ingin aku perbuat saat ini. Semeleh. Tawakkal. Berpasrah pada Allah setelah mengupayakan ikhtiar sekuat tenaga. 

Ya aku ingin semeleh pada Allah
Menyerahkan apapun yang dilematis di hatiku pada-Nya. Kenapa juga aku memusingkan semuanya. Jika Sang Maha Pengendali telah mengatur segala-galanya. 

Ya Allah, itulah yang hamba ingin lakukan saat ini

Bersemeleh pada-Mu

Bertawakkal pada-Mu

Berpasrah pada-Mu

Karena hamba sudah sampai pada titik di mana hamba merasa bahwa memang inilah posisi hamba. Manusia biasa yang hanya diwajibkan berusaha tanpa pernah tahu hasilnya akan berakhir bagaimana. Yang hamba bisa hanyalah berusaha dan mengusahakan. Adapun hasil akhirnya, itu Engkau yang memutuskan

Karena bersemeleh ternyata lebih menyamankan hati

Karena bersemeleh ternyata lebih menentramkan hati

Karena bersemeleh berarti hamba telah sepenuhnya meyakini

Semeleh…only semeleh
:)
20-10-2011
Menjelang tengah malam
Ketika kucoba memasrahkan semuanya
Hanya pada-Nya, Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya

Selasa, 04 Oktober 2011

This is About Me :)



Bismillaahirrohmaanirrohiim….
Assalamu’alaikum….

            Lama tak jumpa….kali ini aku pengen nulis tentang apa yang barusan aku alami. Sebenernya  ini hasil dari kontemplasi dan renunganku selama menjalani dunia coass sih. Jadi gini nih, aku pengen sedikit mengklarifikasi tentang beberapa komentar temen-temen tentang aku. Hampir tujuh bulan sudah aku menjalani dunia coass, dan di kawah per-coass-an ini aku nggak hanya belajar tentang dunia kedokteran aja, yang paling penting (menurutku) adalah belajar menghadapi sifat dan karakter orang-orang yang aku temui selama menjadi dunia coass. So, berawal dari situ, aku pingin nulis posting-an ini.

Sering aku bertanya sama temen-temen yang udah lama aku kenal maupun yang baru aja aku kenal. 

Sebenernya menurut kamu Ama itu orangnya gimana sih????

Banyak jawaban beragam.

“Ama, kamu itu orangnya tegas. Kalau ngomong tek!…tek!…tek!…nggak pakai basa-basi”

“Kamu itu orangnya keras, Am. (Keras dalam arti disiplin, tegas, dan kadang agak tegaan plus nggak pandang bulu sama orang-orang yang menurut Ama salah)

“Ama, kayaknya dalam kehidupan kamu itu cuma ada dua warna. Hitam dan putih alias salah dan benar. Nggak ada abu-abu. Padahal dunia kita ini hampir semua orang didominasi oleh warna abu-abu lho, Am”

“Ama itu orangnya keras kepala. Kalau punya prinsip bener-bener teguh dikerjain. Kalau punya keinginan harus diturutin. Urusan sama Ama susah dilobinya. Susah diajak kompromi. Kompromilah dikit, Am. Kita hidup bermasyarakat itu perlu sedikit kompromi”

“Ama itu orangnya idealis”

“Ama itu coass yang terlalu fisiologis. Belajar pato dikit lah, Am…”

“Kalau ada istilah kepribadian sanguinis, flegmatis, dan teman-temannya. Maka Ama itu seorang melankolis sempurna”

“Ama….panikan…..cemasan”

“Ama itu ekspresionis….”

“Ama…cerewet…apalagi kalau udah kenal deket”

“Ama itu diam-diam menghanyutkan. Pertama kenal sih orangnya kayanya pendiam dan kalem. Tapi ternyata pas udah kenal lama, ternyata orangnya cerewet dan ceriwis. Sukanya cerita”

“Ama itu orangnya seriusan. Susah diajak gojek”

“Ama…wajahmu itu wajah intelek. Jadi, orang kalau mau ngomong sama kamu tuh segan” (ini komentar yang paling mengagetkan buat aku. Emang wajah intelek itu sing kaya piye???)

“Ama…mirip teh ninih deh!” (Gubrakkkk….!!)

And so on.

Oke, intinya kalau aku menarik kesimpulan dari beberapa komentar temen-temen tentang aku. Menurut mereka, aku ini orangnya tegas, keras, berprinsip, idealis, dan kalau dalam dunia coass cenderung terlalu fisiologis. Bener nggaknya aku nggak bisa memastikan, karena buat aku yang namanya sifat dan kepribadian itu memang orang lainlah yang bisa menilai secara obyektif. Tapi, overall, apa yang temen-temen bilang tentang aku, aku akui, ada benernya juga. Memang itulah aku.

Kadang aku merasa sifatku yang tegas dan nggak suka basa-basi ini akan banyak tidak disukai orang. Dan ternyata memang begitulah, apalagi di dunia coass. Udah berulang kali aku “bentrok” dengan beberapa temen yang nggak sejalan sama prinsipku. Buat mereka, aku terlalu saklek, terlalu kaku, terlalu idealis, terlalu fisiologis. Padahal jadi coass itu perlu trik-trik. Harus pinter-pinter menempatkan diri. Kadang harus selicin belut, kadang harus setajam silet, kadang perlu cari muka, dan banyak trik-trik lainnya.

Oke, di satu sisi, aku setuju dengan mereka. Tapi di sisi lain, aku kurang setuju. Butuh waktu tujuh bulan ini aku belajar tentang pribadiku dari komentar-komentar mereka. Sempat aku tak terima. Buat aku, justru pribadiku inilah yang benar. Dan aku tetap teguh bertahan dengan semua karakterku yang sangat fisiologis itu. Tapi, aku pun pernah mendapati suatu fase di mana akhirnya aku mencoba mengalah. Mencoba berubah untuk bisa seperti yang mereka mau. Ama yang sedikit mau berkompromi dan santai. Namun, ketika menjalani pribadi seperti itu aku merasa tidak tahan. Rasanya seperti bukan aku.

Hingga…akhirnya…aku tersadar…bahwa ternyata menjadi diriku sendiri adalah yang ternyaman. Ya, aku tak bisa membohongi hati, kawan. Inilah aku, Ama. Dan tolong terimalah aku apa adanya…

Jadi, saat ini…

Aku sedang mencoba belajar. Belajar dan terus belajar. Menjadi manusia yang proporsional. Mampu menempatkan diri sesuai dengan situasi dan kondisi.
Ketika kondisi memaksaku untuk serius, aku akan serius.
Ketika kondisi memintaku untuk sedikit bersantai, oke, aku akan santai.
Ketika banyak hal tak beres terjadi di sekelilingku, baiklah, aku akan menjadi seorang melankolis sempurna yang akan berusaha untuk menyelesaikannya.
Ketika ada beberapa hal dalam hidupku yang ternyata berjalan tak sesuai dengan yang aku harapkan, maka aku akan mencoba menjadi pribadi yang flegmatis damai.
Ketika suasana seperti “kuburan” yang hanya diisi kebisuan terjadi di antara kita, aku siap menjadi seorang sanguinis yang membuat dunia kita ceria.
Ketika kamu, kamu, dan kamu tak juga mau bekerja sesuai kesepakatan kita, maka jangan marah jika aku mengambil alih semuanya karena sifat koleris yang aku punya.

Contoh realnya begini :
Aku memang tak bisa memberi kalian contekan saat ujian. Karena buat aku, jujur itu nomor satu. Karena buat aku, membantu teman itu tak harus dengan memberi contekan saat ujian. Bantuan itu bisa diberikan dalam wujud lain. Misalnya :
Pinjam buku catatanku, silakan.
Meng-copy buku catatanku, silakan.
Bertanya pelajaran yang sulit padaku, silakan (kalau aku bisa menjawab akan aku jawab). Meminjam dan menyalin tugas-tugasku, monggo.
Meng-copy paste laporan-laporanku (dengan seizinku), sah-sah aja.
Mengajakku berdiskusi tentang masalah kalian, dengan senang hati akan aku lakukan.
Belajar kelompok, sungguh itu lebih aku sukai daripada kita tirunan saat ujian.

Menurutku, cara-cara itulah yang disebut membantu. Membantu yang mendidik, tentunya. Membantu yang ingin membuat aku, kamu, kita semua menjadi pribadi yang baik. Membantu, yang dengan bantuan itu, Allah ridho padaku. Membantu, yang dengan bantuan itu, semoga mampu mengantarkan aku dan kamu masuk ke surga-Nya dan aku bisa mendapat pahala.
Coba, kalo tirunan, apakah itu sesuatu hal yang diridhoi Allah? Apakah itu bisa mengantarkan kita ke surga? Anak kecil pun tahu itu dosa dan tidak akan mendapat pahala. Karena semua sudah jelas, hitam di atas putih, bahwa apapun niat kita, sebaik apapun niat kita, jika kita menempuhnya dengan cara yang tidak jujur dan tidak diridhoi-Nya maka itu tetap akan sia-sia, takkan berpahala, dan malah menyeret kita ke neraka. Na’udzubillahi min dzalika.


So….
Aku memang keras. Tapi sungguh, jika kalian tahu isi hatiku. Aku pribadi yang lembut dan penyayang lhooo….(nggak bermaksud membela diri sendiri sih, hehe)
Aku memang tegas, tapi aku pemaklum
Aku memang idealis, tapi aku realistis
Aku memang pencemas dan panikan, tapi itu karena aku seorang perencana dan berpikir jauh ke depan
Aku memang serius, tapi aku pun juga bisa tertawa dan bercanda (meski kadang jayus, tapi yang penting kan usaha, iya nggak ??? ^^v)
Aku memang ekspresionis, tapi aku selalu sama depan dan belakang, kalau ngomong emang apa adanya dan nggak suka basa-basi (so, bukan tipe orang yang bermuka dua, insyaAllah)
Aku memang cerewet, tapi aku cerewet hanya pada orang yang aku nyaman
Aku memang keras kepala, tapi sungguh, aku paling suka dikritik
Aku memang melankolis sempurna, lantas adakah yang salah dengan sifat itu??? Semua orang punya pribadinya masing-masing kan?? Yang penting bisa menempatkan diri aja…
Aku memang terkadang terlalu fisiologis, tapi aku nggak fisiologis-fisiologis amat kok, buktinya aku juga pernah colut ke kantin buat makan ato ke kamar coass buat tidur, iya nggak???
Kalau kalian memang segan berkenalan denganku karena wajahku yang terkesan serius dan intelek, maka coba deh kalian senyum sama aku, pasti aku akan bales dengan senyum termanisku kok (hehe….narsis dikit :p)
Kalau kalian bilang aku mirip Teh Ninih, sorry, untuk yang satu ini aku no comments, hehe, tapi aku lebih menghargai kalau kalian bilang Ama itu ya Ama, nggak mirip siapapun, oke???

Pada intinya, jika kalian ingin mengenal seseorang lebih dekat, maka jangan hanya dengar ceritanya dari perkataan orang-orang saja, sesekali duduklah bareng dengan orang yang ingin kalian kenal itu, bicaralah dari hati ke hati dengannya, pahami dirinya, maknai pola pikirnya, dan akhirnya kalian akan tahu bagaimana ia sebenarnya…

So, inilah aku, dan selamat berkenalan denganku….:)