Kamis, 11 November 2010

Aku dan Menulis


Bismillaahirrohmaanirrohiim
            Beberapa hari yang lalu saya berkesempatan untuk mengikuti serangkaian acara yang sangat menarik. Pelatpulpen namanya. Sebuah acara rutin yang diselenggarakan oleh salah satu komunitas penulis yang cukup eksis di Kota Soloraya. Sebutlah Forum Lingkar Pena. Selama dua hari berturut-turut saya mendapatkan aneka materi tentang menulis dan bertemu langsung dengan beberapa pembicara yang bisa dibilang expert di bidang ini. Dan saya bersyukur bisa mengikuti acara pelatpulpen kemarin, karena ilmu soal menulis banyak saya dapatkan di sana.

[kebosanan akan membaca]
            Kalau mau tahu korelasi antara saya dengan menulis, rasanya jadi malu sendiri. Sebab saya memang bukan orang yang terlahir dan berkecimpung dalam dunia kepenulisan. Sastra apalagi. Jujur saja, saya tidak suka sastra. Saya tidak suka puisi. Saya malas kalau membaca cerpen. Dan suka bosan kalau disuruh membaca novel. Yang namanya membaca koran saja, saya cenderung suka memilih-milih berita. Kalau menarik saya baca, kalau tidak menarik ya tidak saya baca.
Berdasarkan sebuah penelitian, ada suatu kecenderungan untuk anak-anak yang bisa membaca sejak usia balita (bawah lima tahun) ketika dewasanya akan menjadi malas membaca. Berlaku juga sebaliknya. Ketika ada anak yang baru bisa membaca saat masuk SD, dan itu termasuk terlambat, ketika dewasa nanti malah menjadi manusia-manusia yang gila membaca. Penelitian ini ingin berkata bahwa ada sebuah kebosanan akan membaca seiring berjalannya waktu dan sejalan bertambahnya umur. Otak manusia, meski sehebat apapun, nyatanya juga memiliki kapasitas dan sensitivitas kebosanan terhadap sebuah rutinitas yang sering dikerjakan berulang-ulang dan dilakukan sejak awal perkembangannya.

[hingar bingar dunia kepenulisanku]
Saya sendiri, dulunya bisa membaca sebelum usia empat tahun. Belum masuk TK sudah bisa membaca. Masih terekam dalam memori saya saat kecil dulu, saya sudah mengoleksi puluhan komik doraemon, donal bebek, dan paman gober. Bahkan  juga berlangganan majalah Bobo, Aku Anak Sholeh, dan Ino. Waktu kecil saya keranjingan membaca. Kebiasaan itu terus berlanjut tatkala saya memasuki fase sekolah dasar. Menjelang SMP, kebiasaan itu masih terus saya lakoni. Bahkan saya masih ingat betul. Ketika kelas satu SMP, saya membuat sebuah cerita pendek tentang “manusia serigala” di berlembar-lembar folio, juga cerita lain bertajuk “Petualangan di Negeri Fantasi”. Cerita itu saya tulis tangan dengan bolpen dan saya minta beberapa teman sekelas untuk membacanya. Meski saat itu banyak komentar saya terima (maklum saja, saat itu tengah heboh-hebohnya Novel Harry Potter, sehingga cerpen picisan saya itu tentu tak sejajar jika dibandingkan dengan karya J.K. Rowling yang ternama itu), tetapi banyak juga yang antusias dan menunggu karya tulis saya selanjutnya. Saat itu, sungguh membahagiakan! Setidaknya saya sudah jadi penulis, walaupun masih dalam kisaran kecil, antarteman.
Memasuki SMA, saya masih suka menulis. Bahkan saya sudah membuat sebuah novel detektif yang waktu itu nyaris rampung! Hanya, sebuah kejadian menyebalkan terjadi. Komputer rumah kami terkena virus dan harus diinstal ulang. Akibatnya semua tulisan saya hilang! Padahal novel detektif bertajuk “Enam detektif cilik dan Teratai Emas “ itu sudah memasuki tahap akhir dan saya begitu habis-habisan dan all out mengerjakannya. Jujur saja, waktu itu saya sangat sedih dan menangis meratapi nasib. Tapi, sudahlah! yang terjadi biarlah itu terjadi. Hehe.
Keinginan menulis saya tak terhenti di situ, Sebuah novel berjudul “Carilah Cinta” menjadi proyek saya selanjutnya. Saat ini tengah sampai di halaman ke-64 (sejak SMA sampai sekarang novel itu masih teronggok begitu saja di komputer, belum sempat saya selesaikan, entah bagaimana nanti endingnya). Novel ini bercerita tentang kisah cinta anak SMA yang akhirnya menyadari bahwa cinta sejati adalah cinya pada Robb-Nya, bukan lewat pacaran dengan lain jenis seperti yang kala saya SMA, hal itu marak terjadi. Celupan anak ROHIS masih menjadi tema unik yang melatar belakangi saya menulis novel kisah ini.
            Saya sendiri juga heran. Tiap kali pelajaran Bahasa Indonesia di mana kami disuruh untuk membuat puisi, saya selalu tidak bisa. Saya selalu sukar untuk membuat bahasa yang putitis dan berdiksi manis. Saya lebih suka menulis kalimat yang lugas, detail, lengkap, dan jelas maknanya seperti cerpen, novel, atau artikel. Makanya saya lebih suka membuat ketiga tulisan itu dibanding menulis puisi, apalagi puisi romantis. Iiih,, nggak banget deh! >.<” 



[let me learn this world, ya Alloh]

            Oke, dunia tulis menulis itu masih saya coba tekuni sampai sekarang –meski saya sudah cenderung malas membaca, seperti pada penelitian itu, saya mulai bosan membaca !!!-.  Saya benar-benar autodidak menjalani dunia tulis-menulis. Hanya berbekal kemampuan saya dalam merangkai kata dan menularkan imajinasi yang bergumpal dalam benak saya. Dan jangan dibayangkan jika tulisan saya sudah seperti Mbak Afra, Mbak Asma Nadia, Mbak Helvi Tiana Rosa, Mbak Deasylawati, Pak Aries Adenata atau penulis-penulis lainnya. Masih sangat jaauuuuuuuuuuhhh sekali. Tapi, setidaknya saya mau belajar dan akan terus belajar!!! Makanya sekarang kebiasaan membaca itu kembali saya galakkan lagi. Soalnya menulis dan membaca ternyata seperti dua sisi mata uang. Tidak bisa dipisahkan!
            Untuk masa kuliah ini, gelora menulis itu sempat padam di tahun-tahun awal. Biasalah, sibuk! Itu alasan klise yang sering didengungkan oleh mahasiswa yang tak lagi mengerjakan rutinitasnya. Termasuk saya. Hehehe. Tapi, setelah ikut seminar kepenulisan, workshop menulis, dan bergabung di Forum Lingkar Pena Soloraya, semangat itu kembali bangkit dan menggelegak. Termasuk saat menulis artikel ini, hehe. Intinya, saya ingin terus belajar, berkarya, dan berbuat lewat media menulis ini. Dan tentunya, pesan dari para senior itu akan selalu saya camkan dalam hati. Bahwa menulis itu keringat kegigihan dan kerja sunyi. Menulis itu adalah media ibadah kita. Media jihad kita. Media beramal kita. Dan menulislah dengan ikhlas, hanya untuk mengharap ridho Alloh Azza wa Jalla. Jadi, ayo semangat nulis!!!

2 komentar:

  1. numpang ngoment,
    menulis juga dapat melatih kita untuk berpikir secara sistematis. kadang pas nulis ada kalimat2 yang di pindah2 (kalau saya seperti itu). menulis menurut saya bagaikan belajar mengendarai bersepeda, awalnya memang sulit, namun setelah terbiasa ide akan mengalir terus. selain itu menulis dapat membantu saya dlm mendapatkan nilai A pada makul basindo. ngepasi pas dosennya jarang masuk tapi sering ngasih tugas nulis artikel. alhamdulillah, kullun bi taufiqillah..
    http://suntree.blogsome.com

    BalasHapus
  2. betul sekali dek adnan
    oh iya, btw, makasih banget ya dek buku online bahasa jepang yang dulu itu
    Alhamdulillah sangat membantu

    BalasHapus